Minggu, 23 Maret 2014



Ya baru-baru ini ada sebuah kejadian yang sangat mengherankan.  

Sebuah pembunuhan yang dilakukan oleh sepasang kekasih. Dan korban yang terbunuh adalah mantan dari sang lelaki. Dalam kasus ini pelaku melakukan pembunuhan di dalam mobil. Yang mengherankan pelaku melakukan berdua,dalam kondisi sadar. Beberapa fakta lainya adalah ketika dilakukan penyidikan mereka berdua sempat melemparkan senyum ketika wartawan mengambil gambar. Ditambah pelaku sempat berbelasungkawa terhadap kematian korban.

Menyikapi masalah ini tentu banyak pihak heran akan merasa heran. Belum lagi ternyata kedua pelaku dikenal sebagai orang yang pendiam dan baik di mata warga sekitar.Dan pastinya hal ini akan mengundang decak keheranan dari masyarakat di sekitar lingkungan mereka.

Jika di lihat dari sisi pelaku sebuah sakit hati adalah ujung dari semuanya ini, perasaan cemburu dan kekecewaan yang sangat dalam mennjadi motifnya. Memang tekadang ketika emosi memuncak segala hal akan dilakukan. Dalam hal ini adalah urusah asmara,sebuah perasaan yang awalnya cinta namun berakhir dengan derita. Jika kita mencoba memahami apa yang pelaku rasakan memang tidak masuk akal jika saat ini kita coba menilainya. Akan tetapi sebuah insting dam dorongan yang timbul dari pikiran pelaku menjadi nalar yang membawa logika bagaimana merencanakan pembunuhan tersebut.

Apa yang pelaku lakukan sebuah pemikiran yang berdasarkan nalar dengan akumulasi apa yang dia lihat dan pelajari sampai usianya sekarang. Dan tanpa disadari hobi yang menurut kita biasa yaitu menonton film,ternyata menjadi dasar dan patokannya untuk melakukan tindakan tersebut. Karena diketahui memang si pelaku gemar menonton film yang berbau sadis atau pembunuhan. Hal inilah yang memicu kejadian ini sebuah naluri untuk membalas dan melampiaskan amarah.

Namun sudah pasti hal itu tidak benar. Proses berpikir manusia tak hanya dengan mengandalkan naluri dan emosi seperti layaknya hewan yang hanya bergerak berdasarkan naluri. Manusia memiliki akal dan akal juga tidak sempit dengan logika. Dalam menyikapi masalah yang mungkin sangat berat manusia yang sejati tak hanya memutuskan sesuatu berdasarkan logika namun juga beberapa aspek lainnya. Mempertimbangakan salah benar, baik buruknya dan pantas tidak pantasnya. Jika dalam penerapan kasus di atas, kekecewaan adalah hal yang wajar namun tidak pengungkapan dan pembalasan bukan lah hal yang benar untuk melampiaskannya.

Oleh sebab itu kita tak boleh hanya bertindak atas dasar hati semata,memang hati adalah tempat yang suci. Namun beda halnya ketika emosi sudah menguasai hati hanya akan menjadi tempat yang kotor. Tempat bersarangnya benci dan nafsu berkuasa meski atas dasar cinta.