Jatuh Untuk Bangkit
Pernah kah anda..ketika sudah berusaha yang terbaik namun tetap mendapat hasil yang biasa-biasa saja? Anda sudah berusaha memahami namun tidak juga dipahami? Merencanakan sesuatu namun hampir semuanya tidak sesuai yang anda harapkan?
Berkendara yang bermartabat
Etika berkendara itu perlu. Tujuannya adalah untuk menghormati, menghargai dan menjaga keselamatan orang lain. Kebanyakan pemakai jalan jarang yang punya motto sedia payung sebelum hujan, biasanya kehujanan dulu baru pakai payung. Nah, demikian pula dengan pengendara sepeda motor yang belum beretika, kalau belum kejadian belum jera.
Kamis, 17 November 2011
09.14
Dika's room of words
Tak kusangka sebungkus mie instan yang ku masak di penjual
mie ayam
Mampu berikan kesegaran yang luar biasa
Tak kusangka sebotol minuman mineral yang kuambil barang
jualan dengan label hutang
Mampu melepas dahaga dari kerongkongan ini
Tak kusangka dengan syukur mampu melepas kegelisahanku
Atas menipisnya saldo dompetku
Kegelisahan hanya butakan hidupku dari syukur
Setitik keraguan akan jalan rejeki dariNYA hanya buatku
gelisah akan materi
Hanya kepercayaan kapada NYA dan menyerahkan segaala urusan
kepada sang MAHA
Membuat hati ini lebih tenang,jiwa ini terasa nyaman
09.12
Dika's room of words
Ibu,ibu,ibu
Dalam kebanyakan ulasan pasti dikatakan
kita harus menghormati seorang ibu.Mengapa?pertanyaan yang terkesan
sepele tapi sanagt menggelikan gak sih?bukanya menyalahakan tapi
sebagian orang ternyata masih membutuhkan alasan mengapa kita harus
menghormati ibu.
Dan jawaban yang mungkin tepat untuk
menjawab pertanyaan ini adalah kerena ibumu yang mengandung
kita,melhirkan kita. Sudah cukupkah jawaban itu?Saya rasa jawaban
sesingkat itu takkan mampu menggambarkan tentang semua yang telah
beliau berikan kepada kita.
Sehingga wajar ada ungkapan “surga di
bawah telapak kaki ibu” ,namun tak berarti anda mencari pintu itu
dengan mengangkat telapak kaki beliau. Iya bukan hal itu yang akan
anda lakukan pastinya,tapi itu semua mengartikan dengan bakti kita
kepada beliau akan membawa kita kejalan surga yah..paling tidak
menuntun kita kearah sana.
Sungguh jika saat waktu senggang kita
berpikir sejenak membayangkan apa yang beliau alami dalam
mengandung,melahirkan,atau membesarkan kita semua terasa tak akan
mudah dibakas dengan Milyaran uang yang mampu kita dapatkan. Kita
tengok saja angka kematian ibu saat melahirkan,itu menggambarkan
untuk melahirkan kita para ibu mempertaruhkan nyawanya yang berharga.
Dan ketika kita lahir dia memberikan pelayanan 24 jam non
stop,service,pendidikan. Semua atas dasar cinta kasih yang
murni,sebuah cinta yang tulus datang dari dalam hati. Saya teringat
saat beliau melepas kepergian saya yang jauh. Air mata beliau
berlinangan,namun dengan konyolnya saya mebalasnya dengan
lelucon,namun tek keluar sedikitpun senyum dari beliau. Terasa jadi
orang bodoh saat itu,tak tahu apa yang beliau rasakan mungkin sebuah
kepedihan yang mendalam,sedih ditinggalkan seorang anak yang mereka
kasihi.
Sering juga pada acara prosesi
pernikahan seorang ibu menangis saat ada acara “sungkeman” yang
berarti mohon pamit karena akan membentuk sebuah keluarga baru dan
mungkin akan jauh dari dirinya.
Itulah ibu kasih sayangnya begitu
besar,begutu tulus,dan begitu murni. Dan saya sering mendapat nasehat
dari para guru,mereka mengatakan bahwa “jika kamu ingin sukses dan
jalan hidupmu lancar berbaktilah pada ibumu,dan sayangi beliau dengan
sepenuh hati”. Jangankan membantah mengatakan “ah..uh.” saja
tidak diperkenankan.
Jadi selagi masih ada
kesempatan,perbaiki kesalahan anda jangan buat beliu marah atau
kecewa sedikitpun. Muliakan beliau,buat hatina senantiasa bahagia
niscaya keridhaan beliau akan mempermudah jalan sukses anda dunia dan
akhirat. Penyesalan memang selalu datang terlambat namun lebih baik
menyesal dan memperbaiki kesalahan daripada tidak sama sekali.
Salam terkasih dariku ibu.
Jumat, 11 November 2011
09.44
Dika's room of words
“Duhh...kenapa ni hujan makin deras
aja sih..” ucap lelaki muda yang sedikit menggerutu. Mukanya yang
semula menjadi ceria mulai kembali muram lagi. Ya itu aku.
“Tapi...kalau aku tak
berangkat..tambah repot ntar..alamat potong gaji..TIDAKKK..”
Oke... kembali ku persiapkan
keberangkatan.Kuambil sepeda merah “second” alias bekas,pemberian
dari om ku yang jauuuhhh di sana.Perjalanan saja butuh 12 jam by bis
malam,makanya kupilih kata jauh yang “cukup” untuk mewakilinya.
Jas hujan..SIAP! Sepatu bungkus
plastik...SIAP! Bekal nasi...SIAP! Nggak ikhlas...??lhoh nggak nggak
gak boleh seberat apapun harus ku hadapi..
“Oke mom..adi berangkat...”meluncur
begitu saja dari mulutku.Padahal sih ku biasa panggil ibu atau
mak...tapi kali ini berbeda,karena aku akan berangkat menerjang
guyuran hujan yang lumayan leeeeebaat...hufh...Seandainya ada ember
berkapasitas 15 liter diletakkan di luar maka hanya dalam waktu 10
menit akan terisi penuh..nah lebat bukan.(penggambaran yang tidak
jelas...hehehe)
Kulihat di mata beliau ada perasaan tak
tega melihat apa yang akan ku hadapi,sampai belaiau sempat
membujukku.
“wes to..gak usah berangkat,hujan
deras gini...”dengan bahasa ibu yang terucap sangat lembut,hingga
sempat aku ingin menuruti kata beliau.Tapi...POTONG GAJI
oh..NO..membuatku menjadi memilih nekat.
“Tenang bu...gak papa ko..santai
saja..”kucoba kata ini untuk membuat menenangkan beliau.Jujur
sebenarnya ada rasa malas berangkat tapi bagaimana lagi,bagiku
tanggung jawab tidak bisa dialihkan begitu saja kecuali benar-benar
mendadak dan mendesak.
Benar-benar deras tapi tak ada solusi
lain hanya TERJANG.
“Hufh...oke siap...”sekali lagi
kumantapkan niat,dengan memabyanhgkan apa yang akan ku terjang nanti
semua terasa hambar. Dan it's show time...
“Bu berangkat
ya..Assalamu'alaikum”sambil kuucapkan salam dan kucium tangan
beliau,meski masih ada rasa tak tega dari beliau tapi dengan seolah
tegar ku pancarkan kepercayaan diri
agar rasa khawatir beliau agak
berkurang.
Guyuran air hujan terasa tusukan lidi
atau benda tumpul kurasakan dengan efek kecepatan kayuhan sepedaku
yang berharap cepat sampai ke tujuan. Dalam guyuran hujan yang cukup
lebat itu pikiranku tak berhenti berpikir dan terus memberikan
semangat.Mencoba mendamaikan diri ini dengan keadaan yang mungkin
terasa sangat berat.
Mengapa aku harus mengalami ini.
Terasa tak adil untukku,sedangkan orang lain yang tak sebaik aku
mendapat kemudahan dan jalan yang lebih ringan. Tapi aku yang sering
beribadah dan tak lupa beramal baik,terasa dalam kesusahan. Seketika
itu juga ada sebuah suara hati dalam hatiku berbisik mengingatkan.
“Mungkin aku tahu kenapa untuk
mendapatkan sebuah benda yang indah bagus dan indah selalu dibayar
dengan harga mahal,semua karena harga yang harus di bayar untuk
memproses benda itu menjadi barang yang indah...dan jika ini harga
yang harus dibayar untuk mendapatkan hidup yang lebih baik,sebuah
harga untuk kesuksesan di masa depan,aku rela mebayarnya ribuan kali
pun akan kubayar,demi anak-anakku kelak agar tak merasakan yang aku
rasakan seperti ini. Demi hari-hari indah yang akan kujalani dengan
anak dan istriku,demi lembaran yang bewarna akan kususun warna itu
satu persatu mulai saat ini,demi sebuah pribadi yang lebih bijak
serta tangguh dalam menjadi pemimpin.”linangan air mata ini
mengalir,air mata yang keluar pada saat sedih,terpuruk,dan
kebahagiaan yang timbul dalam kondisi mendamaikna diri dengan keadaan
dan menguatkan.
“DEMI SEMUA ITU AKAN KU BAYAR
BERAPAPUN HARGANYA...”Kata itu terlontar dari lidah yang menahan
masuknya air hujan,kata yang tercurah dalam kondisi yang
terpuruk,kata yang penuh dengan emosi positif uantuk berjuang menuju
sebuah kehidupan,hidup yang lebih aik,hidup yang lebih hidup.
Sebuah masa depan yang diimpikan.
Langganan:
Postingan (Atom)