Nilai Kepribadian
Kepribadian
 itu memiliki banyak arti, bahkan saking banyaknya boleh dikatakan 
jumlah definisi dan arti dari kepribadian adalah sejumlah orang yang 
menafsirkannya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan
 teori, penelitian dan pengukurannya.
MAY
 mengartikan keperibadian sebagai “Personalitiy is a social stimus 
value”. Artinya personality itu merupakan perangsang bagi orang lain. 
Jadi bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita, itulah kepribadian 
kita.
Perkembangan Kepribadian
Meskipun
 kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya 
sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, 
terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik. 
Erikson mengemukakan tahapan perkembangan kepribadian dengan 
kecenderungan yang bipolar:
1.       Masa bayi (infancy) 
Ditandai
 adanya kecenderungan Trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh 
dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. 
Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap 
asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi 
menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja 
tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda 
asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau 
menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
2.       Masa kanak-kanak awal (early childhood) 
Ditandai
 adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai 
batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, 
berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh
 orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu 
dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau 
persetujuan dari orang tuanya.
3.       Masa pra sekolah (Preschool Age) 
Ditandai
 adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah 
memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia 
terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak 
tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. 
Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah,
 dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
4.       Masa Sekolah (School Age) 
Ditandai
 adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari 
perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif 
mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk 
mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di 
pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya
 kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. 
Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
5.       Masa Remaja (adolescence) 
Ditandai
 adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan 
ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan 
yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan 
identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan
 memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat
 ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh 
lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan 
identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia
 kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara 
kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka
 sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing 
anggota.
6.       Masa Dewasa Awal (Young adulthood) 
Ditandai
 adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, 
individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada 
masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai 
selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang 
tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk 
membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang 
akrab atau renggang dengan yang lainnya.
7.       Masa Dewasa (Adulthood) 
Ditandai
 adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya 
masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari 
perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, 
kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. 
Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia 
tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga 
tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau 
mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan.
8.       Masa hari tua (Senescence) 
Ditandai
 adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu 
telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji
 dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah 
mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. 
Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan 
dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan
 untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. 
Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan 
karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga 
keputusasaan acapkali menghantuinya.
Dari difinisi tersebut ada beberapa unsur yang perlu dijelaskan, yaitu sebagai berikut:
Organisasi
 dinamis, maksudnya adalah bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan 
berubah walaupun ada organisasi sistem yang mengikat dan menghubungkan 
sebagai komponen kepribadian.
Psikofisis,
 ini menunjukan bahwa kepribadian bukanlah semata-mata material fisik), 
tetapi merupakan perpaduan kerja antara Aspek psikis dan fisik dalam 
kesatuan kepribadian.
Istilah
 menetukan, berarti bahwa kepribadian mengandung 
kecenderungan-kecenderungan menentukan (determinasi) yang memainkan 
peran aktif dalam tingkah laku individu. Kepribadian adalah sesuatu 
dalam melakukan sesuatu. Kepribadian terletak dibelakang 
perbuatan-perbuatan khusus dan di dalam individu. Dalam arti kepribadian
 itu bukan hanya ada selama ada orang lain bereaksi terhadapnya, tetapi 
lebih jauh dari itu mempunyai eksetensi real (keadan nayata), yang 
termasuk di dalamnya segi-segi neural dan fisiologis.
Unique (khas), ini menunjukan bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama.
Menyesuaikan
 diri terhadap lingkungan, ini menunjukkan bahwa kepribadian mengantari 
individu dengan lingkungan fisik dan lingkungan psikologisnya, 
kadang-ladang menguasainya. Jadi kepribadian adalah suatu yang mempunyai
 fingsi atau arti Adaptasi dan menentukan.
Berdasarkan
 penjelasan Allport tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian 
sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) merupakan 
suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu
 yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian 
secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Dari beberpa difinisi yang telah dibuat oleh mereka, maka dapat disimpulkan bahwa:
Kepribadian
 itu merupakan suatu kebulatan, dan kebulatan itu bersifat kompleks, 
sedang kekomplekskannya itu disebabkan oleh karena banyaknya 
faktor-faktor dalam dan faktor-faktor lauar yang ikut menentukan 
kepribadian itu. Paduan antara faktor-faktor dalam dan faktor-faktor 
luar itu menimbulkan gambaran yang unik. Artinya tidak ada dua orang 
yang memiliki kepribadian yang benar-benar sama persis.
Kepribadian
 adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan 
merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya (Schiffman 
& Kanuk , 2000). Berdasarkan definisi ini maka bisa disimpulkan 
bahwa yang ditekankan adalah karakter-karakter internal termasuk 
didalamnya berbagai atribut, sifat, tindakan yang membedakannya dengan 
orang lain..Kepribadian bisa dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri 
seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan 
bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan beradaptasi. Dalam kepribadian 
orang tersebut terdapat nilai-nilai positif yang selalu memberikan 
energi positif terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan 
kehidupan. Sebaliknya, seseorang dengan kepribadian yang rendah adalah 
seseorang yang selalu dilingkupi dengan kegagalan. Sebab pada diri 
seseorang tersebut mengalir energi-energi negatif yang terhadap 
paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan.
Secara
 praktis konsep kepribadian dapat didifinisikan sebagai seperangkat pola
 perasaan, pemikiran dan perilaku yang unik yang menjadi standar respon 
konsumen untuk berbagai situasi. 
Pola ini memiliki beberapa ciri khas yaitu : 
-Mencerminkan perbedaan individu
 kepribadian
 merupakan kombinasi pemikiran, perasaan dan perilaku, maka kepribadian 
seseorang tidak akan pernah sama dengan yang lain sekalipun anak kembar.
 Sehingga setiap konsumen tidak akam memberikan respon yang sama untuk 
setiap stimuli pemasaran yang di sediakan konsumen. Bagi manajer 
pemasaran, kepribadian dapat digunakan sebagai acuan untuk membagi pasar
 dalam beberapa kelompok. 
-Konsisten
kepribadian
 memiliki keteraturan dan keseragaman perilaku. Intinya seseorang 
bertindak dengan cara yang sama untuk berbagai situasi yang berbeda. 
Meskipun kepribadian bersifat jangka panjang, namun perilaku yang Nampak
 dapat bervariasi karena adanya pengaruh lingkungan, social budaya, 
psokologis dan situasional. Hal ini wajar karena kepribadian hanyalah 
satu dari sekian banyak factor yang mempengaruhi keputusan pembelian 
konsumen. 
-Psikologis dan Fisiologis
Kepribadian
 adalah konsep psikologis, namun para peneliti berpendapat bahwa 
kepribadian juga dipengaruhi oleh proses biologis dan kebutuhan manusia.
-Akibat dari perilaku
Kepribadian
 tidak saja mempengaruhi bagaimana cara konsumen bertindak dan merespon 
lingkungan tetapi juga cara mana yang digunakan. 
-Kepribadian dapat berubah
Dalam
 beberapa situasi yang signifikan kepribadian dapat berubah. Seorang 
perempuan yang baru melahirkan anaknya akan mengalami perubahan 
kepribadian dari seorang gadis menjadi seorang ibu. Namun demikian 
perubahan kepribadian ini akan berjalan bertahap. 
-Kepribadian berinteraksi dengan situasi
Misalnya
 dalam situasi pembelian (pemenuhan kebutuhan), orang yang dogmatic 
tidak akan seberani orang yang inovatif dalam membeli produk baru. 
Sampai sekarang masih ada juga orang yang fanatic pada produk dari 
Negara tertentu yang dipandang sebagai Negara berteknologi tinggi dan 
memproduksi produk-produk yang berkualitas.
Personality seseorang, ditentukan oleh tiga hal yang saling mendukung satu sama lain, dan merupakan satu kesatuan,yakni,
- · Genetik.Keturunan
 - · Lingkungan, mulai dari budaya, lingkungan keluarga, sekolah, pergaulan.
 - · Situasi, kepribadian seseorang bisa berubah pada situasi-situasi tertentu.
 
TEORI KEPRIBADIAN 
1 Teori Freud 
Teori ini dibangun atas dasar pemikiran bahwa kebutuhan atau dorongan yang tidak disadari, terutama dorongan seksual dan dorongan biologis lainnya, merupakan inti dari motivasi dan kepribadian manusia. Didasarkan kepada analisisnya , Freud mengemukakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yang saling mempengaruhi yaitu id, superego, dan ego.
Id dirumuskan sebagai “gudang” dari berbagai dorongan primitif dan impulsif berupa kebutuhan fisiologis dasar seperti rasa haus, lapar, dan seks yang diusahakan individu untuk segera dipenuhi, terlepas dari bagaimana cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Sedangkan superego dirumuskan sebagai pernyataan diri individu mengenai moral dan kode eti k yang berlaku di dalam masayarakat. Peran superego adalah menjaga agar individu tersebut memuaskan kebutuhan dengan cara yang dapat diterima masyarakat.
Terakhir, yaitu ego, merupakan pengendalian individu secara sadar. Fungsinya sebagai p emantau dalam diri manusia yang berusaha menyeimbangkan tuntutan id yang impulsi f dengan kendala sosial buadaya atas superego.
Freud juga menekankan bahwa kepribadian individu dibentuk ketika ia mela lui beberapa tahap khas perkembangan bayi dan masa kanak-kanak. Tahap-tahap ini terdiri dari tahap oral, anal, phallic, laten, dan genital. Menurut teori Freud, kepribadian orang dewasa ditentukan oleh seberapa baik dia menghadapi krisis ya ng dialami selama melalui setiap tahap ini.
Para peneliti yang menerapkan teori psikionalitis Freud pada studi kepribadian konsumen percaya bahwa dorongan pada manusia sebagian besar tidak disadari dan bahwa para konsumen terutama tidak menyadari alasan mereka yang sebenarnya atas pembelian suatu jenis barang / jasa tertentu. Para oeneliti ini cenderung
memandang bahwa pembelian konsumen dan kepemilikan barang oleh konsumen sebagai
cerminan dari kepribadian individu yang bersangkutan.
2 Teori Kepribadian Neo-Freud
Penganut Neo-Freud percaya bahwa hubungan sosial menjadi dasar pembentukan dan pengembangan kepribadian. Alfred Adler memandang manusia berusaha supaya
dapat mencapai berbagai sasaran yang rasional yang disebutnya gaya hidup. Dia juga banyak menekankan pada usaha individu untuk mengatasi perasaan rendah diri. Harry Stack Sullivan menekankan bahwa manusia terus menerus berusaha membangun hubungan yang berarti dan bermanfaat dengan orang lain. Ia terutama tertarik pada
berbagai usah individu untuk mengurangi tekanan, seperti kegelisahan. Karen Horney juga memfokuskan pada pengaruh hubungan anak-orang tua, dan keinginan individu untuk mengatasi perasaan gelisah. Horney mengemukakan bahwa para individu dikelompokkan ke dalam 3 golongan kepribadian sebagai berikut:
- Individu yang patuh adalah mereka yang ingin mendekati orang lain (mereka ingin disayangi, dibutuhkan, dan diharapkan.
- Individu yang agresif adalah mereka yang ingin menjauhi orang lain (mereka ingin mengungguli dan dikagumi)
- Individu yang ingin lepas adalah mereka yang ingin lepas dari orang lain yang dulu berhubungan dengan dirinya (mereka menginginkan kebebasan, kepracayaan diri, mencukupi kebutuhan sendiri, dan bebas dari kewajiban)
Banyak pemasar menggunakan teori Neo-Freud ini secar intuitif. Misalnya jika seorang pemasar ingin memposisikan produk mereka sebagai produk yang memberikan kesempatan menjadi bagian dan dihargai orang lain dalam lingkkungan kelompok / sosial tertentu, maka pemposisian produk tersebut berdasarkan pengggambaran karakterisitik individu yang yang patuh menurut Horney.
3 Teori Sifat
Teori sifat merupakan awal penting berpisahnya dari pengukuran kualitatif yang menjadi ciri khas gerakan pengikut Freud dan Neo-Freud. Orientasi Teori Sifat terutama bersifat kuantitatif / empiris. Teori ini memfikuskan pada pengukuran kepribadian menurut karakteristik psikologis khusus yang disebut sifat. Sifat didefinisikan sebagai cara yang khas dan relatif bertahan lama yang dapat membedakan seorang individu dari individu lain. Tes sifat kepribadian tunggal yang dipilih (yang hanya mengukur satu sifat) sering disusun terutama untuk dipakai dalam studi perilaku konsumen. Tes kepribadian
ini mengukur berbagai sifat seperti keinovatifan konsumen (seberapa besar kemauan seseorang untuk menerima berbagai pengalaman baru), materialisme konsumen (tingkat kecenderungan konsumen pada “kepemilikan duniawi”), dan etnosentrisme konsumen (kemungkinan konsumen untuk menerima/ menoilak berbagai produk buatan luar negeri). Para peneliti sifat telah menemukan bahwa biasanya lebih realistis mengharapkan kepribadian berhubungan dengan cara konsumen membuat pilihan mereka atas konsumsi golongan produk yang luas, bukan atas merk tertentu.
Teori ini dibangun atas dasar pemikiran bahwa kebutuhan atau dorongan yang tidak disadari, terutama dorongan seksual dan dorongan biologis lainnya, merupakan inti dari motivasi dan kepribadian manusia. Didasarkan kepada analisisnya , Freud mengemukakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yang saling mempengaruhi yaitu id, superego, dan ego.
Id dirumuskan sebagai “gudang” dari berbagai dorongan primitif dan impulsif berupa kebutuhan fisiologis dasar seperti rasa haus, lapar, dan seks yang diusahakan individu untuk segera dipenuhi, terlepas dari bagaimana cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Sedangkan superego dirumuskan sebagai pernyataan diri individu mengenai moral dan kode eti k yang berlaku di dalam masayarakat. Peran superego adalah menjaga agar individu tersebut memuaskan kebutuhan dengan cara yang dapat diterima masyarakat.
Terakhir, yaitu ego, merupakan pengendalian individu secara sadar. Fungsinya sebagai p emantau dalam diri manusia yang berusaha menyeimbangkan tuntutan id yang impulsi f dengan kendala sosial buadaya atas superego.
Freud juga menekankan bahwa kepribadian individu dibentuk ketika ia mela lui beberapa tahap khas perkembangan bayi dan masa kanak-kanak. Tahap-tahap ini terdiri dari tahap oral, anal, phallic, laten, dan genital. Menurut teori Freud, kepribadian orang dewasa ditentukan oleh seberapa baik dia menghadapi krisis ya ng dialami selama melalui setiap tahap ini.
Para peneliti yang menerapkan teori psikionalitis Freud pada studi kepribadian konsumen percaya bahwa dorongan pada manusia sebagian besar tidak disadari dan bahwa para konsumen terutama tidak menyadari alasan mereka yang sebenarnya atas pembelian suatu jenis barang / jasa tertentu. Para oeneliti ini cenderung
memandang bahwa pembelian konsumen dan kepemilikan barang oleh konsumen sebagai
cerminan dari kepribadian individu yang bersangkutan.
2 Teori Kepribadian Neo-Freud
Penganut Neo-Freud percaya bahwa hubungan sosial menjadi dasar pembentukan dan pengembangan kepribadian. Alfred Adler memandang manusia berusaha supaya
dapat mencapai berbagai sasaran yang rasional yang disebutnya gaya hidup. Dia juga banyak menekankan pada usaha individu untuk mengatasi perasaan rendah diri. Harry Stack Sullivan menekankan bahwa manusia terus menerus berusaha membangun hubungan yang berarti dan bermanfaat dengan orang lain. Ia terutama tertarik pada
berbagai usah individu untuk mengurangi tekanan, seperti kegelisahan. Karen Horney juga memfokuskan pada pengaruh hubungan anak-orang tua, dan keinginan individu untuk mengatasi perasaan gelisah. Horney mengemukakan bahwa para individu dikelompokkan ke dalam 3 golongan kepribadian sebagai berikut:
- Individu yang patuh adalah mereka yang ingin mendekati orang lain (mereka ingin disayangi, dibutuhkan, dan diharapkan.
- Individu yang agresif adalah mereka yang ingin menjauhi orang lain (mereka ingin mengungguli dan dikagumi)
- Individu yang ingin lepas adalah mereka yang ingin lepas dari orang lain yang dulu berhubungan dengan dirinya (mereka menginginkan kebebasan, kepracayaan diri, mencukupi kebutuhan sendiri, dan bebas dari kewajiban)
Banyak pemasar menggunakan teori Neo-Freud ini secar intuitif. Misalnya jika seorang pemasar ingin memposisikan produk mereka sebagai produk yang memberikan kesempatan menjadi bagian dan dihargai orang lain dalam lingkkungan kelompok / sosial tertentu, maka pemposisian produk tersebut berdasarkan pengggambaran karakterisitik individu yang yang patuh menurut Horney.
3 Teori Sifat
Teori sifat merupakan awal penting berpisahnya dari pengukuran kualitatif yang menjadi ciri khas gerakan pengikut Freud dan Neo-Freud. Orientasi Teori Sifat terutama bersifat kuantitatif / empiris. Teori ini memfikuskan pada pengukuran kepribadian menurut karakteristik psikologis khusus yang disebut sifat. Sifat didefinisikan sebagai cara yang khas dan relatif bertahan lama yang dapat membedakan seorang individu dari individu lain. Tes sifat kepribadian tunggal yang dipilih (yang hanya mengukur satu sifat) sering disusun terutama untuk dipakai dalam studi perilaku konsumen. Tes kepribadian
ini mengukur berbagai sifat seperti keinovatifan konsumen (seberapa besar kemauan seseorang untuk menerima berbagai pengalaman baru), materialisme konsumen (tingkat kecenderungan konsumen pada “kepemilikan duniawi”), dan etnosentrisme konsumen (kemungkinan konsumen untuk menerima/ menoilak berbagai produk buatan luar negeri). Para peneliti sifat telah menemukan bahwa biasanya lebih realistis mengharapkan kepribadian berhubungan dengan cara konsumen membuat pilihan mereka atas konsumsi golongan produk yang luas, bukan atas merk tertentu.
Idealnya
 seseorang akan memiliki kepribadian yang tidak jauh beda dengan 
leluhurnya/orang tuanya. Tetapi karena adanya pengaruh lingkungan atau 
situasi tertentu, bukan tidak mungkin kepribadiannya berbeda dengan ciri
 keperibadian keluarganya. 
Menurut Renee Baron dan Elizabeth Wagele, kepribadian seseorang dibagi dalam 9 tipe yaitu :
1. Perfeksionis 
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar,  memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
2. Penolong
Tipe
 kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, 
mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan 
membutuhkan.
3. Pengejar Prestasi
Para
 pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang 
produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan. 
4. Romantis
Orang
 tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri 
sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan 
menghindari citra
5. Pengamat
Orang
 tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan
 alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta
 menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.
6. Pencemas
Orang
 tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa
 diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
7. Petualang
Tipe
 7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan 
hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari 
derita dan
8. Pejuang
Tipe
 pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri 
sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan 
lemah.
9. Pendamai
Para
 pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu 
dengan orang lain dan menghindari konflik.Kepribadian adalah organisasi 
yang dinamis dari sistem psikofisis individu yang menentukan penyesuaian
 dirinya terhadap lingkungannya secara unik.Kepribadian bisa dijelaskan 
dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, 
otonomi, ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan 
beradaptasi Dalam batasan kepribadian yang dikemukakan di atas ada 4 hal
 yang perlu diuraikan yakni : 
1.
 dinamis, berarti kepribadian selalu berubah. Perubahan ini digerakkan 
oleh tenaga-tenaga dari dalam diri individu yang ebrsangkutan, akan 
tetapi perubahan tersebut tetap berada dalam batas-batas bentuk polanya.
 
2. organisasi system, ini mengandung pengertian bahwa kepribadian itu merupakan suatu keseluruhan yang bulat. 
3.
 psikofisis, ini berarti tidak hanya bersifat fisik dan juga tidak hanya
 bersifat psikis tetapi merupakan gabungan dari kedua sifat tersebut. 
4. unik, berarti kepribadian antara individu yang satu dengan yang lain tidak ada yang sama. 
Kepribadian 
memiliki banyak segi dan salah satunya adalah self atau diri pribadi 
atau citra pribadi. Mungkin saja konsep diri actual individu tersebut 
(bagaimana dia memandang dirinya) berbeda dengan konsep diri idealnya 
(bagaimana ia ingin memandang dirinya) dan konsep diri orang lain 
(bagaimana dia mengganggap orang lain memandang dirinya). Keputusan 
membeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap 
daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan
 konsep diri pembeli. 
Dimensi kepribadian : 
1. ekstraversi 
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang senang bergaul dan banyak bicara dan tegas. 
2. sifat menyenangkan 
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang baik hati, kooperatif dan mempercayai. 
3. sifat mendengarkan kata hati 
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang bertanggung jawab, dapat diandalkan, tekun dan berorientasi prestasi 
4. kemantapan emosional 
suatu
 dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang tenang, 
bergairah,terjamin (positif), lawan tegang, gelisah,murung dan tak kokoh
 (negative). 
5. keterbukaan terhadap pengalaman 
suatu dimensi kepribadian yang emncirikan seseorang yang imajinatif, secara artistic peka dan intelektual. 
Gaya Hidup 
Gaya
 hidup merupakan sebuah penggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang 
berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002). Menurut 
Susanto (dalam Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara 
kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam 
bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku.Oleh karena itu banyak 
diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang 
misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global 
dan lain sebagainya.Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu
 yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka 
(aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya 
(ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. 
Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup 
adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang 
dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, 
persahabatan, dan cinta sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah 
satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah konsep diri.
Hawkins
 (dalam Nugroho, 2002) yang mengatakan bahwa pola hidup yang berhubungan
 dengan uang dan waktu dilaksanakan oleh seseorang berhubungan dengan 
keputusan. Orang yang sudah mengambil suatu keputusan langkah 
selanjutnya adalah tindakan.
Gaya
 hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara 
psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang 
menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan 
bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian 
bersama keluarga, berbelanja, melakukan kativitas yang dinamis, dan ada 
pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan 
sosial-keagamaan. Gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dan 
akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang . 
Gaya
 hidup menurut Hair dan McDaniel adalah cara hidup, yang diidentifikasi 
melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Penilaian 
gaya hidup dapat dilakukan melalui analisa psychografi. Psychografi 
merupakan teknik analisis untuk mengetahui gaya hidup konsumen sehingga 
dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik gaya hidupnya. Menurut 
Kasali gaya hidup mencerminkan bagaimana seseorang menghabiskan waktu 
dan uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas-aktivitas, minat dan 
opini-opininya.
Pendekatan
 gaya hidup cenderung mengklasifikasikan konsumen berdasarkan 
variabel-variabel Activity, Interest, Opinion, yaitu aktivitas, interes 
(minat), dan opini (pandangan-pandangan). Menurut Setiadi sikap tertentu
 yang dimiliki konsumen terhadap suatu objek tertentu bisa mencerminkan 
gaya hidupnya. Gaya hidup seseorang bisa juga dilihat dari apa yang 
disenangi, ataupun pendapatnya mengenai objek tertentu.
Gaya
 hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara 
psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang 
menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan 
bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian 
bersama keluarga, berbelanja, melakukan aktivitas yang dinamis, dan ada 
pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan 
sosial-keagamaan. Kasali menyatakan bahwa gaya hidup mempengaruhi 
perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi 
seseorang.
Begitu
 pula menurut Mowen dan Minor yang menyatakan bahwa penting bagi pemasar
 untuk melakukan segmentasi pasar dengan mengidentifikasi gaya hidup 
melalui pola perilaku pembelian produk yang konsisten, penggunaan waktu 
konsumen, dan keterlibatannya dalam berbagai aktivitas. Mowen dan Minor 
menegaskan bahwa gaya hidup merujuk pada bagaimana orang hidup, 
bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka 
mengalokasikan waktu mereka. Hal ini dinilai dengan bertanya kepada 
konsumen tentang aktivitas, minat, dan opini mereka, gaya hidup 
berhubungan dengan tindakan nyata dan pembelian yang dilakukan konsumen.
Orang
 yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan pekerjaan yang sama dapat
 mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang menunjukkan 
pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, 
minat, dan pendapatnya. Konsep gaya hidup apabila digunakan oleh pemasar
 secara cermat, akan dapat membantu untuk memahami nilai-nilai kosnumen 
yang terus berubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi 
perilaku konsumen. 
Gaya
 hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang 
diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa 
yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga di dunia 
sekitarnya.Perubahan gaya hidup membawa implikasi pada perubahan selera 
(selera pria dan wanita berbeda), kebiasan dan perilaku 
pembelian.perubahan lain yang terjadi adalah meningkatnya keinginan 
untuk menikmati hidup.
Manfaat jika memahami gaya hidup konsumen : 
1. Pemasar dapat menggunakan gaya hidup konsumen untuk melakukan segmentasi pasar sasaran. 
2. Pemahaman gaya hidup konsumen juga akan membantu dalam memposisikan produk di pasar dengan menggunakan iklan. 
3. Jika gaya hidup diketahui, maka pemasar dapat menempatkan iklannya pada media-media yang paling cocok.
4. Mengetahui gaya hidup konsumen, berarti pemasar bisa mengembangkan produk sesuai dengan      tuntutan gaya hidup mereka. 
Hubungan keduanya dalam perilaku konsumen 
Keputusan
 pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan 
tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta 
kepribadian dan konsep diri pembeli..Konsumsi seseorang juga dibentuk 
oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah 
mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. 
Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi 
tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi 
barang dan jasa yang dibelinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi 
kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap
 produk dan jasa tertentu.Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi 
pemilihan produk. Situasi ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang
 dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan 
dan hartanya (termasuk presentase yang mudah dijadikan uang ).Gaya hidup
 seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, 
minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara
 keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga 
mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.
 RSS Feed
 Twitter

10.44
Dika's room of words
0 komentar:
Posting Komentar